76 total views
INN Internasional – Calon Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali menghadapi upaya pembunuhan. FBI mengungkapkan kejadian ini pada Minggu waktu setempat.
Insiden terjadi saat Trump bermain golf di lapangan miliknya di West Palm Beach, Florida.
Menurut pihak berwenang, agen Dinas Rahasia AS melihat seorang pria bersenjata bersembunyi di semak-semak dan melepaskan tembakan, namun pelaku berhasil selamat dan mencoba melarikan diri menggunakan mobil Nissan hitam.
Seorang saksi mata sempat mengambil foto mobil dan plat nomor pelaku untuk membantu polisi dalam pengejaran.
“Setelah melihat laras senapan sekitar 400 hingga 500 yard (365 hingga 457 meter) dari Trump saat mereka membersihkan lubang dari potensi ancaman di depannya, para agen tersebut menyerang pria bersenjata itu dan melepaskan sedikitnya empat butir amunisi sekitar pukul 1:30 siang,” ucap Sheriff Palm Beach County Ric Bradshaw saat konferensi pers pada Senin (16/9).
Biodata Ryan Wesley
Ryan Wesley Routh, penduduk asli North Carolina, dikenal sebagai sosok yang kompleks dan kontroversial setelah dugaan percobaan pembunuhan terhadap mantan Presiden AS, Donald Trump, pada Minggu di Florida.
Ia berusia 58 tahun, Routh memiliki latar belakang yang dipengaruhi oleh keyakinan politik yang kuat dan pengalaman pribadi yang penuh gejolak. Ia belajar teknik mesin di North Carolina Agricultural and Technical State University.
Pada 2018, Routh pindah ke Hawaii dan mendirikan perusahaan pembangunan gudang untuk menangani masalah tunawisma.
Minatnya terhadap isu internasional, khususnya konflik di Ukraina, semakin berkembang ketika ia pergi ke Ukraina pada 2022 untuk melawan Rusia.
Pengalamannya selama delapan bulan di sana memperdalam pandangannya tentang dunia.
Routh bahkan pernah menulis surat kepada Elon Musk, meminta bantuan untuk menghancurkan bunker Vladimir Putin, menunjukkan keraguan terkait kesehatannya.
Beberapa analis berpendapat bahwa pandangannya terhadap konflik Ukraina, yang ia anggap sebagai perjuangan antara “kebaikan dan kejahatan,” menunjukkan ketidaktahuannya dan ketidakmatangan dalam memahami realitas perang tersebut.
Keterlibatan Routh dalam konflik global terus berkembang, terlihat dari seruannya baru-baru ini untuk mendapatkan dukungan internasional di Haiti.
Melalui media sosial X, ia mengklaim memiliki akses ke 300 tentara Afghanistan yang dilatih NATO, lengkap dengan paspor, yang siap dikirim ke Haiti untuk membantu memulihkan ketertiban.
Awalnya Routh merupakan pendukung Trump pada 2016, Routh kemudian berubah menjadi pengkritik tajam mantan presiden tersebut, menuduhnya ingin “menjadikan orang Amerika budak, bukan tuan.” Pada 2020, ia menyatakan bahwa masa jabatan Trump “mengecewakannya” dan menyebut mantan presiden itu “semakin buruk.”.
Bahkan di platform media sosial X, ia menulis, “Saya akan senang ketika Anda (pergi).” Pandangan Routh sangat berbeda dari Trump terkait konflik Rusia-Ukraina. Sementara Presiden AS Joe Biden mengirimkan bantuan militer ke Ukraina, Trump mengusulkan penyelesaian melalui perundingan jika terpilih pada 2024, yang menjadi perbedaan besar antara keduanya.
Menurut berbagai laporan, Routh juga memiliki catatan kriminal panjang sejak 1990-an, mulai dari pelanggaran lalu lintas hingga tuduhan serius seperti kepemilikan senjata tersembunyi dan barang curian.
Salah satu insiden penting terjadi pada 2002 ketika ia dihukum karena memiliki senapan mesin otomatis, menyusul kebuntuan tiga jam dengan polisi, sebagaimana dilaporkan oleh Greensboro News and Record.
Pada Minggu, Routh ditemukan dengan senapan AK-47, berjarak sekitar 365 hingga 457 meter dari tempat Trump bermain golf di West Palm Beach, Florida.